JADIKAN ANAKMU SAHABAT TERBAIKMU
Manusia adalah makhluk sosial, pasti membutuhkan orang lain. Begitu lemah, kerdil, dan kurangnya “manusia” itu sendiri. Sejak dilahirkan, bayi, anak-anak, remaja, dewasa, dan tua, dalam setiap waktu yang dilalui, pasti membutuhkan orang lain. Kapan pun dan di mana pun, selalu membutuhkan kepada orang lain.
Sekaya-kayanya si kaya, ia membutuhkan orang yang miskin. Jika bukan karena keberadaan orang miskin, tak akan pernah orang kaya mempunyai rumah. Siapa yang membanting tulang dan memeras keringat sejak pagi hingga petang dalam membangun rumah orang kaya? Orang yang kurang berpunya, siapa lagi kalau bukan si papa.
Diantara jenis hubungan antar sesama manusia dalam membutuhkan orang lain ini yaitu pertemanan, persahabatan, perkongsian, pernikahan, dan lainnya. Semua jenis ini bertujuan untuk saling membantu dan memudahkan urusan orang lain. Hubungan ini sebaiknya dijaga dengan sempurna, agar tidak terluka oleh goresan kepentingan sesaat yang bisa mengakibatnya lukanya hubungan itu.
Nah, alangkah indahnya jika hubungan orang tua dengan anak dalam balutan persahabatan. Berharapa curahan rahmat-Nya. Tentu saja dengan memerhatikan beberapa hal yang tidak akan melangkahi mulianya kedudukan orang tua.
Ketika anak memasuki usia lima belas hingga dua puluh satu tahun, itulah saat yang tepat untuk bersahabat dengannya. Orang tua hadir sebagai sahabat yang selalu aktif untuk memberikan kritik, saran, nasihat, bimbingan, teguran, dan hal lainnya.
Usia “sahabat” ini merupakan masa yang cukup rawan. Anak tengah mencari jati dirinya sendiri. Juga sedang mencari sosok yang tepat yang dianggap bisa dipercaya, untuk mencurahkan segala rasa, asa, dan cerita yang sering ia alami. Hebatnya, orang tua dengan anak pun bisa bertukar pikiran, sharing, dan diskusi.
Orang tua mesti hadir. Jadilah sahabat baiknya. Dengarkan curhatannya. Simak setiap cerita dan kisahnya. Bila perlu, berikan masukan dan saran yang baik. Jangan lupa, selalulah membimbingnya agar jalan salah jalan. Jalan yang ditempuh saat ini adalah puncak licin, berliku, dan beranjau. Ia sangat mungkin terpeleset dan berdarah.
Saat ini, anak mulai mengenal lawan jenis. Ada buncahan asa yang selalu menderu di dalam dadanya. Ia tidak akan sanggup menahannya sendiri. Ia membutuhkan sosok yang akan mengurai benang masalah yang dihadapainya. Benangnya itu berwarna, cantik, dan halus. Namun, berpeluang besar untuk kusut dan memusingkan sang anak. Jadilah sahabat terbaiknya, tidak hanya hadir saat ceria. Ia selalu ada walau dalam duka.
…
Wallahu a’lamu bisshawaab.
#TG-73
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Menarik kisahnya pak
Mantap pamaparannya pak. Mdh2an kita menjadi org tua yg selalu dicari oleh anak2 dan sebagai tmpatnya berbagi kisah hidupnya, manis atau pahit kita akan senang bisa menjadi bagian dr itu semua.