Lisata

Saya Lisata. Lebih sering dipanggil Mr. Lee atau ustadz Li. Alumni kelas menulis Solo pada 2017. Ya, lumayan lama. Sayangnya, selama ini saya off. Kok bisa. heh...

Selengkapnya
Navigasi Web
BILA CINTA TELAH BERTAUT
Dokumen SPECA

BILA CINTA TELAH BERTAUT

Bila cinta telah bertaut, cemburu mulai dirajut, rindu pun pasti ikut, bersemuka ala aplikasi di hadapan para guru dan berlutut, hilang semua konsep dan merasa diri untuk bercakap tidaklah patut. Apa daya, terhadap insturksi langsung dari Host ganteng dan keren, haruslah manut. Semoga ini sebagai titik awal dan akan terus berlanjut”.

-- P4 (Putera Pasaman Perantau pekanbaru AKA Mr. Lee) –

Sabtu malam Ahad, 6 Juni 2020 M, bersempena dengan 15 Syawwal 1441 H bakda Isya, sejak pukul 20.15 hingga 23.30 WIB, SPECA MAN 1 PASAMAN menggelar Halal bi Halal on line via Zoom. Taragak basuo ini mengangkat tema,”Merajut Benang yang Terurai”.

Halal bi halal on line ini diprakarsai oleh adinda Nilna Iqbal, S.Pd, Generasi ke-6 SPECA (Special Class Asosiation, masa kami dulu dinamai dengan KUPa, Kelas Unggul Putra), tentu atas buah pemikiran adinda yang keren plus ganteng H. Maswir Muhammad Nur, Lc, generasi ke-7.

Apresiasi yang luar biasa untuk para penggagas acara ini. Di tengah kesibukan beliau, H. Maswir Muhammad Nur, Lc, bertindak selaku host, jauh dari negeri sungai Nil, Mesir. Ya, beliau mengatur jalannya halal bi halal ini masih sejak sore, waktu setempat.

Setelah diawali dengan pembukaan langsung oleh Ketua Umum SPECA, adinda Nilna Iqbal, S.Pd, host keren ini memberikan kesempatan kepada para asatiz, guru-guru hebat dan dahsyat, MAN 1 PASAMAN dan para Murabbi atau Pembina kami di asrama dulu.

Nasihat pertama disampaikan oleh tuan guru Drs. H. Yuli Nasri, M.A. Dengan gaya beliau yang selalu merendah dan senyum ramahnya, guru inspiratif ini menyampaikan dua poin penting. Pertama, “Antumlah sebenarnya yang luar biasa, sedangkan kami hanya pernah membersamai antum di MAN 1 PASAMAN ini selama 3 tahun”. Khas beliau, pribadi yang sangat tawaduk. Kedua, “Kita baru saja selesai dengan puasa Ramadhan. Inti pesan puasa Ramadhan itu adalah pengendalian diri atau mujaahdah an anafs. Di mana pun dan apa pun profesi yang kita tekuni, jangan lupa pesan puasa ini, “Kendalikan Dirimu”. Singkat, padat dan to the point.

Wejangan kedua dipaparkan oleh DR. Erwan, S.Hi, M.A. Secara fisik, saya memang tidak bersua dengan beliau di MAN 1 PASAMAN. Namun, adik kandung saya, Al Asgar dan Itba Aisyah, generasi ke-9 dan bidadari saya, my sweety honey, Noviza Helmi, S.Pd, generasi ke-5 (kisah cinta dalam negeri, hehe...) pernah merasakan bagaimana disiplinnya beliau dalam menggembleng anak-anaknya. Beliau tegas dalam kelembutan. Lembut berbalut ketegaran.

Ada tiga pituah penting yang beliau tuturkan. Pertama, “Allah Ta’ala menciptakan kita manusia melalui proses. Ada tahapan-tahapan tertentu. Artinya, Allah mengajari kita agar kita juga mendesain peta hidup kita. Jangan biarkan berlalu tanpa arah dan tujuan yang tidak jelas”. Kedua, “Belajar dari filosofi air. Ia mengalir begitu saja. Saat tertumbuk di batu cadas, tebing tinggi dan lainnya, perhatikanlah, pasti ia akan mencari jalan lain. Apa pun masalahnya, solusi yang dicari”. Ketiga, “Apa pun profesi kita, sehebat apa pun gelar, kedudukan dan amanah yang diberikan kepada kita, pertanyaannya hanya satu, “Apa untungnya hidup kita ini untuk agama Allah?”.

Sesekali saya perhatikan, host keren ini menikmati kopi, sepertinya juga ada kopi di negeri sungai Nil, hehe. Lalu, saya tak mau kalah. Ya, buat kopi sendiri. Kok buat sendiri (saya ditinggal pergi...). Mahasiswa S2 Al Azhar Cairo ini kemudian membagi waktu kepada pembicara ketiga, ustaz Hariadi, S.Ag, MA.

Beliau menyampaikan empat hal. Pertama, “Kesuksesan seorang murid adalah kebahagiaan seorang guru. Itu, pasti. Kedua, “Mari kita saling mendoakan dalam kebaikan. Ketiga, “Upayakan agar selesai dengan jenjang keilmuan bertingkat (S1,2 dan 3) sebelum usia 40 tahun. Keempat, “Apa konstribusi kita untuk kampung kita PASAMAN?”. Singkat, padat dan sangat mengena.

Selanjutnya, giliran pembina asrama putri, Ustazah Ardindon Pirdani, M.Pd.I, menyampaikan pesan-pesannya. Beliau mengingatkan empat hal terpenting. “Kunci utama sukses itu ada pada kemauan. Ya, pertama adalah kemauan. Perhatikan ubi, ketela pohon. Kemauannya untuk tumbuh amat dahsyat. Tercampak sekali pun, ia tetap tumbuh. Kedua, disiplin. Ketiga, usaha dan doa. Dan, keempat, sempurnakan dengan tawakkal kepada Allah Ta’ala”.

Nasihat kelima datang dari Ustaz Zunaldi, S.Ag. Beliau juga memaparkan setidaknya ada empat hal. Pertama, “Di dalam hidup ini yang kita cari adalah rida Allah Ta’ala. Kedua, “Berhasil waktu muda adalah sukses di hari tua, artinya, managemen waktu dengan baik adalah salah satu upaya untuk menggapai kesuksesan. Ketiga, “Jika ingin sukses, pegang teguh agama Allah. Keempat, “Sukses di dunia tidak terlepas dari peran penting life skill”.

Adinda Maswir kemudian membagi waktu kepada dr. Resco Gempita, Direktur RS Yarsi Ibnu Sina Panti, Pasaman. Saat di MAN dulu, beliau tidak pernah juara dua. Pasti dan selalu juara satu. Keren, ganteng, smart, rendah hati, suka menolong dan lainnya. Berdarah-darah saya ingin menggeser posisinya dari juara satu, never and never. Beliau menyampaikan beberapa hal tentang Covid-19. Ya, beliaulah ahlinya.

Pesan beliau diantaranya, “Ikuti sajalah protokoler kesehatan yang telah digaungkan oleh pemerintah dan tim medis. Gunanya untuk keselamtan kita juga. Bahkan, ada baiknya jika kita menambah imunitas tubuh kita dengan mengonsumsi minuman kesehatan. Yang alami lebih baik. Misalnya, rendaman bawang putih dan lainnya. Mari tetap menjaga pola hidup bersih dan sehat”.

Terakhir, tibalah giliran saya untuk berbicara. Di dalam poster saya disebut sebagai penulis produktif. Ya salaam...!. Apa yang nak saya cakap?. Kelu lidah saya bersua dengan para astiz dan tuan guru. Semua konsep saya hilang total. Bak pesilat yang baru turun gunung, bersemuka dengan guru, semua jurus saya pupus. Lenyap entah kemana. Dengan keringat dingin dan suara bergetar, saya paksakan diri menyapa para sahabat alumni dan tuan-tuan guru. Saya hanya menyampaikan, dengan menulis kita bisa juga bisa berdakwah. Saat ini, memanfaatkan WFH, telah kelar naskah novel saya, “Menyemai Cinta Corona”.

Saya tak sanggup berlama-lama. Menatap wajah para asatiz, walaupun mereka ada di dalam laptop, sungguh, tak kuasa diri ini melihat keteduhan sinar mata mereka. Semoga, para asatiz, guru-guru kami semuanya, selalu dalam naungan kasih dan sayang Allah Ta’ala. Dan, harapannya, suatu masa nanti kita bisa bersemuka langsung dalam berbagi kebajikan. Asa tertinggi, semoga Allah Ta’ala menghimpun kita dengan cinta-Nya di alam keabadian, Surga Firdaus. Aamiin, allahumma aamiin.

Bila berkenan, artikel lainnya: Sinopsis, best practice, kolom, opini, parenting, pendidikan, reportase, pantun, puisi dan lainnya...kunjungi : https://lisata.gurusiana.id/

#Tantangan gurusiana hari yang ke-67

Beberapa foto Halal bi Halal

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren banget

07 Jun
Balas

Acara yg keren pak.

07 Jun
Balas

Selalu dan selalu dah ustadz keren ini... Mantap dah pokok e

07 Jun
Balas

Mantul.

07 Jun
Balas

Mantul Ustad

07 Jun
Balas

Keren ustadz... Satu kata ya? Dua kata, keren dan mantab.

07 Jun
Balas

Kerenn Mr. Lee

07 Jun
Balas

WOW, KeKeren pak!

07 Jun
Balas

Luar biasa ustadz! barakallah...

07 Jun
Balas

Satu kata...Mantap..

07 Jun
Balas



search

New Post